Rabu, 18 Mei 2011

0

TAQDIR


 1. Pengertian Taqdir

Yang dimaksud dengan istilah taqdir adalah Qadar (Al-Qadar khairuhu wa syarruhu) atau Qadha’ dan Qadar (All-Qadha’ wal-Qadar). Secara etimologis Qadha’ adalah bentuk mashdar dari kata kata karja qadha yang berarti kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hal ini Qadha’ adalah kehandak atau ketetapan hukum Allah SWT terhadap segala sesuatu.
Sedangkan Qadar secara etimologis adalaah bentuk mashdar dari qadara yang bererti ukuran sesuatu atau ketentuan. Dalam hal ini Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT terhadap segala sesuatu.
Yang membedakan, mendefenisikan Qadar sebagai : “ Ilmu Allah SWT tentang apa-apa yang akan terjadi pada seluruh makhluk-Nya pada masa yang akan datang”. Dan Qadha’ sebagai : “Penciptaan segala sesuatu oleh Allah SWT sesuai dengan Ilmu dan Iradah-Nya”. Sedangkan ulama yang menganggap istilah Qadha’ dan Qadar merupakan pengertian yang sama memberikan defenisi sebagai berikut: “ Segala ketentuan, undang-undan, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti olah Allah SWT untuk segala yang ada, yang mengikat antara sebab dan akibat segala sesuatu yang terjadi.”
Sebagai contoh kita kutip arti dari beberapa ayat yang menyangkut tentang Taqdir ini yaitu :
a. “ Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (Ar-Ra’d 13:8).
b. “ Dan tidak ada sesuatu pun malainkan pada sisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkanya melaikan dengan ukuran yang tertentu.” (Al-Qamar 15:21).
c. “ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Al-Qamar 54:49).
d. “ Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (At-Thalaq 65:3).


2. Taqdir dan Ikhtiar Manusia

Kalau segala sesuatau telah dikuasai oleh takdir Allah, maka dimanakah lagi tempat ikhtiar atau usaha manusia? Padahal seperti diketahui, bahwa manusia juga disuruh oleh Allah untuk berikhtiar? Demikianlah persoalan yangbtimbul berkenaan dengan ajaran Qadha dan qadar Allah. Lebihg dari itu timbul pertanyaan pula : dengan adanya takdir Allah, apa tidak berarti bahwa manusia serba terpaksa dalam perbuataan-perbuatanya, sehingga manusia tidak lagi merdeka dalam berbuat?

Persoalan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Soal kebebasan bagi manusia, jelas memang adaa, sebab perbuatan-perbuatan manusia ditentukan dan dilakukan atas dasar kehendak atau kemaunya sendiri. Ini kenyataan. Tetapi disamping itu harus diakui juga kenyataan lain, bahwa tidak jarang pula manusia gagal dalam berbagai usahanya, sekalipun telah dikerjakan dengan sekuat tenaga. Ini semua membuktikan bahwa manusia memang mempunyai kebebasan/kemerdekaan dalam perbuatan-perbuatanya, akan tetapi kebebasan yang terbatas. Jadi kebebasan manusia ialah kebebasan yang tidak mutlak.

Keterbasan kebebasan manusia itu ialah disebabkan karna kebebasan manusia yang sebenarnya hanyalah dalam lingkungan kodrat dan irodat Allah. Karna itu suatu usaha yang di rencanakan manusia dapat berhasil, hanya kalau hal itu bersesuaian dengan rencana yang lebih tinggi kedudukan dan kekuatanya, yaitu rencana Allah.
Contohnya adalah gambaran tentang keterbatasan kebebasan manusia saat ini, dapat diumpamakan sebagaimana halnya kebebasan seorang warga negara dalam suatu negara yang menganut system demokrasi. Ia memang punya kebebasan dalam negaranya itu, tetapi sudah barang tentu kebabasan yang tetap dalam lingkungan undang-undang dasar. Karna itu maka pada hakekatnya ia tidaklah bebas lagi.
Ikhtiar atau usaha manusia, tidak musti mutlak dan berhasil. Namun hal itu perlu dan wajib dilakukan. Dan sesuadah berikhtiar, hendaknya orang juga berdoa dan wajib bertawakkal secara ikhlas kepada Allah.


3. Beberapa Tingkatan Taqdir

a. Al-Ilmu
Allah SWT Maha mengetahiu segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan juga yang akan terjadi. Tidak satupun luput dari Ilmu Allah SWT.
b. Al-Kitabah
Allah SWT Yang Maha Mengetahui telah menuliskan segala sesuatu di Lauh Mahfuzh, dan tulisan itu tetap ada samapi hari kiamat. Apa yang telah terjadi dimasa lalu, dan yang akan terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi pasa masa yang akan datang sudah dituliskan oleh Allah SWT di Lauh Mahfuzh.
c. Al-Masyi-ah
Allah SWT mempunyai kehendak terhadap segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi. Tidak ada satupun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya. Apa-apa yang dikendandaki olah Allah SWT pati tidak akan terjadi. Didalam Al-Qur’an bayak sekali ayat-ayat yang menunjukan masyaitullah yang mutlak. Artinya menghendaki sesuatu tidak ada yang bisa menghenghalangi kehendak-Nya itu. Begitu juga sebalikanya, kehendak siapa pun tidak akan terjadi kalau tidak dikehendaki oleh Allah SWT.
d. Al-Khalq
Allah SWT mencipakan segala sesuatu. Segala sesuatu selain Allah Yang Mahacipta.

4. Bersikap Yang benar Terhadap Taqdir Allah.

a. Tawaqal.
b. Berdoa.
c. Berusaha.
d. Iklas.

5. Hakekat Beriman Kepada Taqdir dan Hikmahnya.

Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada taqdir ini diantaranya adalah :
 Melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu dialam semesta ini berjalan dengan undang-undang, aturan hukum yang berlaku dengan pasti oleh Allah SWT.
 Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi didunia maupun diakhirat, mengikuti hukum sebab akibat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
 Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang multak, disamping memilliki kebijaksanan, keadailan, dan kasih saying kepada makhluk-Nya.
 Menanamkan sikap tawaqal kepada diri manusia, karna menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan juga berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
 Mendatangkan ketenangan jiwa dan juga ketentraman hidup, karna meyakini apapun yang terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah SWT.

 Kesimpulan
 Sekali lagi kita tegaskan bahwa contoh-contoh kesalahpahaman karna parsial terhadap ajaran umat islam seharusnya meyakini bahwa Allah SWT Maha Mengetahui, Maha Menghendaki, dan Maha Menentukan segala-galanya itu harus diikuti dengan keyakinan bahwa Allah SWT juga Maha Bijaksana, Magha Adil, Maha Pengasih, dll.

0 Comments:

Posting Komentar